Perubahan kebijakan Federal Reserve sepanjang 2025 menimbulkan dampak besar di pasar cryptocurrency, dengan respons beragam dari aset digital terhadap keputusan moneter. Saat Fed melakukan pemangkasan suku bunga pertama di Oktober 2025, pasar kripto menunjukkan reaksi yang cenderung datar, bertolak belakang dengan ekspektasi bullish sebagaimana biasanya. Respons berhati-hati ini mencerminkan situasi “likuiditas netral” — bukan pelonggaran likuiditas melimpah yang lazim mendorong apresiasi aset berisiko.
Pergerakan harga NEAR Protocol menjadi contoh nyata dampak kebijakan ini, dengan volatilitas tajam setiap kali Fed mengumumkan kebijakan utama:
| Tanggal | Perubahan Harga NEAR | Peristiwa Kebijakan Fed |
|---|---|---|
| 18 Sep 2025 | +12,4% | Sinyal pemangkasan suku bunga Fed |
| 10 Okt 2025 | -17,3% | Kekhawatiran likuiditas usai notulen FOMC |
| 7 Nov 2025 | +31,9% | Isyarat ekspansi neraca |
Crash di Oktober bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap perpecahan internal di tubuh Fed terkait arah kebijakan ke depan. Ketika harga Bitcoin anjlok pada 10 Oktober, NEAR juga ikut terkoreksi karena investor institusi mengurangi eksposur ke aset digital ber-beta tinggi, sehingga harga NEAR turun dari $2,88 menjadi $2,38 hanya dalam 24 jam.
Data memperlihatkan korelasi yang makin kuat antara keputusan Federal Reserve dan pergerakan pasar kripto. Partisipasi institusi telah mentransformasi aset digital menjadi instrumen keuangan canggih yang sangat responsif terhadap kebijakan makroekonomi. Relasi ini menandai perubahan fundamental dalam dinamika pasar kripto dibanding siklus sebelumnya.
Lanskap inflasi global 2020–2025 secara nyata menantang narasi Bitcoin sebagai “emas digital”. Di periode inflasi tinggi, emas konvensional secara konsisten menunjukkan performa sebagai penyimpan nilai jauh lebih baik dibandingkan Bitcoin, yang justru menunjukkan korelasi tinggi dengan aset berisiko dan gagal berfungsi sebagai lindung nilai inflasi.
Kesenjangan ini sangat terlihat pada kondisi pasar tahun 2025, sebagaimana ditunjukkan data performa berikut:
| Aset | Kinerja 2025 | Volatilitas | Status Regulasi |
|---|---|---|---|
| Emas | +55,2% | Lebih rendah | Diterima global |
| Bitcoin | -1,2% | ~3x lebih tinggi | Berkembang |
Untuk pertama kalinya sejak 2011, Bitcoin menjadi kelas aset utama dengan performa terburuk, sementara emas justru menjadi aset dengan kinerja terkuat. Pembalikan historis ini menggoyahkan posisi Bitcoin sebagai “emas digital” dan menyoroti kerentanannya saat menghadapi inflasi nyata.
Kebijakan moneter Federal Reserve serta bank sentral lainnya menciptakan ujian berat bagi narasi lindung nilai inflasi Bitcoin. Meski suplai Bitcoin tetap secara teori menempatkannya sebagai aset pelindung inflasi, data empiris 2020–2025 menunjukkan Bitcoin justru berperilaku layaknya aset spekulatif berisiko tinggi, khususnya di negara maju dengan mata uang mapan.
Kesenjangan performa ini menandakan, investor yang mencari perlindungan dari depresiasi moneter kini lebih memilih stabilitas emas yang telah teruji dibandingkan volatilitas Bitcoin di tengah ketidakpastian ekonomi.
Harga cryptocurrency mengalami amplifikasi signifikan akibat spillover dari pasar tradisional, di mana transmisi volatilitas semakin meningkat pada masa ketidakpastian global. Studi menunjukkan Bitcoin dan aset digital lain punya hubungan volatilitas erat dengan instrumen keuangan konvensional seperti saham, komoditas, dan mata uang. Korelasi antarpasar ini menciptakan kanal dampak harga yang nyata, sebagaimana tercermin pada kejadian pasar ekstrem.
Kasus kolapsnya FTX di Oktober 2025 menjadi studi kasus kuat contagion lintas pasar. Grafik harga NEAR Protocol memperlihatkan volatilitas ekstrem di periode tersebut:
| Tanggal | Harga Buka NEAR | Harga Tutup NEAR | Perubahan Harian |
|---|---|---|---|
| 9 Okt 2025 | $2.965 | $2.881 | -2,83% |
| 10 Okt 2025 | $2.882 | $2.383 | -17,31% |
| 11 Okt 2025 | $2.381 | $2.300 | -3,40% |
Data empiris menegaskan adanya spillover volatilitas yang kuat antara cryptocurrency, harga minyak, dan pasar saham. Uji Lagrange Multiplier causality-in-variance membuktikan faktor ketidakpastian global secara langsung memicu lonjakan volatilitas di pasar kripto. Economic Policy Uncertainty secara khusus terbukti menyebabkan volatilitas Bitcoin meningkat, mengilustrasikan bagaimana kondisi makroekonomi menularkan turbulensi ke lintas kelas aset.
Bagi investor, pola volatilitas yang saling terhubung ini mengurangi efektivitas diversifikasi saat tekanan pasar, karena pasar tradisional dan kripto kini makin bergerak serempak setiap terjadi peristiwa ekonomi atau perkembangan regulasi penting.
Ya, NEAR coin memiliki prospek yang menjanjikan. Pada 2025, NEAR diproyeksikan tumbuh signifikan berkat teknologi blockchain inovatif dan ekosistem yang terus berkembang.
Walau ambisius, NEAR berpeluang mencapai $100 jika terjadi pertumbuhan pasar signifikan dan potensi token burn. Namun, target ini tetap bersifat spekulatif jangka panjang dengan suplai dan valuasi saat ini.
NEAR Coin merupakan native cryptocurrency dari blockchain NEAR, dirancang untuk aplikasi AI-native. NEAR memfasilitasi transaksi dan tata kelola dalam ekonomi AI terbuka, di mana agen AI terdesentralisasi berinteraksi serta melayani pengguna secara langsung.
Solana memiliki pasar lebih besar, volume transaksi lebih tinggi, dan proyek NFT lebih banyak. NEAR memang tumbuh, namun saat ini masih di bawah Solana dalam aspek-aspek tersebut.
Bagikan
Konten