Baru-baru ini, Kongres AS mengajukan undang-undang baru yang bertujuan untuk merombak fungsi The Federal Reserve (FED), yang memicu diskusi luas tentang arah masa depan institusi keuangan penting ini. Proposal yang bernama "Undang-Undang Stabilitas Harga 2025" ini dipimpin oleh anggota Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat, dengan tujuan utama untuk mendefinisikan kembali misi The Federal Reserve (FED).
Pendukung utama undang-undang ini, Ketua Komite Layanan Keuangan DPR Hill, menyatakan bahwa selama ini, The Federal Reserve (FED) kesulitan untuk menyeimbangkan antara beberapa tujuan. Ia menekankan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengembalikan The Federal Reserve (FED) pada satu tujuan yang jelas: menjaga kepentingan ekonomi rakyat Amerika dengan secara efektif menekan inflasi.
Jika undang-undang ini akhirnya disetujui, itu akan menandai perubahan signifikan dalam tanggung jawab The Federal Reserve (FED). Secara tradisional, The Federal Reserve (FED) memiliki dua misi yaitu menjaga stabilitas harga dan mempromosikan pekerjaan penuh. Namun, undang-undang baru ini mendorong agar fokus kerja The Federal Reserve (FED) dialihkan ke pengendalian inflasi, yang dapat memiliki dampak mendalam pada kebijakan moneter Amerika Serikat.
Proposal ini memicu diskusi sengit antara kalangan akademisi ekonomi dan pembuat kebijakan. Para pendukung berpendapat bahwa fokus pada pengendalian inflasi akan membantu menjaga daya beli dolar, melindungi kepentingan konsumen. Namun, para kritikus khawatir bahwa mengabaikan target pekerjaan dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja terabaikan.
Apapun hasil akhirnya, pengajuan undang-undang ini tidak diragukan lagi mencerminkan kekhawatiran para pembuat kebijakan terhadap situasi ekonomi saat ini, serta pemikiran kembali tentang peran The Federal Reserve (FED). Dalam konteks ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, arah kebijakan The Federal Reserve (FED) akan terus mendapatkan perhatian yang dekat.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
12 Suka
Hadiah
12
6
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
OnchainArchaeologist
· 09-21 11:50
Sudah tiba saatnya untuk Dianggap Bodoh ~
Lihat AsliBalas0
RooftopReserver
· 09-21 07:50
The Federal Reserve (FED) bisa tidak ya...
Lihat AsliBalas0
SingleForYears
· 09-21 07:47
The Federal Reserve (FED) ini bakpao...
Lihat AsliBalas0
NftRegretMachine
· 09-21 07:40
Informasi tidak menguntungkan tentang sawi. Fluktuasi keluar, siapa yang mengerti.
Lihat AsliBalas0
OnchainSniper
· 09-21 07:36
Ini memastikan informasi tidak menguntungkan.
Lihat AsliBalas0
ZeroRushCaptain
· 09-21 07:32
Sekali lagi, saksi lonjakan turun ke nol telah datang.
Baru-baru ini, Kongres AS mengajukan undang-undang baru yang bertujuan untuk merombak fungsi The Federal Reserve (FED), yang memicu diskusi luas tentang arah masa depan institusi keuangan penting ini. Proposal yang bernama "Undang-Undang Stabilitas Harga 2025" ini dipimpin oleh anggota Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat, dengan tujuan utama untuk mendefinisikan kembali misi The Federal Reserve (FED).
Pendukung utama undang-undang ini, Ketua Komite Layanan Keuangan DPR Hill, menyatakan bahwa selama ini, The Federal Reserve (FED) kesulitan untuk menyeimbangkan antara beberapa tujuan. Ia menekankan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengembalikan The Federal Reserve (FED) pada satu tujuan yang jelas: menjaga kepentingan ekonomi rakyat Amerika dengan secara efektif menekan inflasi.
Jika undang-undang ini akhirnya disetujui, itu akan menandai perubahan signifikan dalam tanggung jawab The Federal Reserve (FED). Secara tradisional, The Federal Reserve (FED) memiliki dua misi yaitu menjaga stabilitas harga dan mempromosikan pekerjaan penuh. Namun, undang-undang baru ini mendorong agar fokus kerja The Federal Reserve (FED) dialihkan ke pengendalian inflasi, yang dapat memiliki dampak mendalam pada kebijakan moneter Amerika Serikat.
Proposal ini memicu diskusi sengit antara kalangan akademisi ekonomi dan pembuat kebijakan. Para pendukung berpendapat bahwa fokus pada pengendalian inflasi akan membantu menjaga daya beli dolar, melindungi kepentingan konsumen. Namun, para kritikus khawatir bahwa mengabaikan target pekerjaan dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja terabaikan.
Apapun hasil akhirnya, pengajuan undang-undang ini tidak diragukan lagi mencerminkan kekhawatiran para pembuat kebijakan terhadap situasi ekonomi saat ini, serta pemikiran kembali tentang peran The Federal Reserve (FED). Dalam konteks ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, arah kebijakan The Federal Reserve (FED) akan terus mendapatkan perhatian yang dekat.