Seorang anggota parlemen senior AS memperingatkan tentang risiko kecerdasan buatan (AI) yang menghilangkan lapangan kerja lebih cepat daripada kemampuan kita untuk beradaptasi. Menurut proyeksi yang dikutip oleh senator tersebut, lulusan perguruan tinggi baru bisa menghadapi tingkat pengangguran yang meningkat hingga 25% dalam beberapa tahun mendatang jika para pembuat kebijakan lambat dalam menangani risiko pemutusan kerja akibat AI.
Peringatan ini menyoroti kekhawatiran yang berkembang bahwa otomatisasi dan alat pembelajaran mesin sedang membentuk ulang pasar tenaga kerja dengan sangat cepat. Pekerja muda yang baru memasuki pasar kerja mungkin akan mendapati posisi level awal menghilang sebelum mereka sempat memulai karir. Industri mulai dari keuangan hingga layanan kreatif sudah mulai merasakan tekanannya saat sistem AI mengambil alih tugas-tugas yang sebelumnya dikerjakan manusia.
Yang membuat prediksi ini semakin mengkhawatirkan adalah rentang waktunya. Ini bukan tentang skenario masa depan yang masih jauh—semua ini bisa terjadi dalam beberapa tahun ke depan kecuali tindakan serius diambil sekarang. Tantangannya bukan sekadar menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga memastikan orang memiliki keterampilan dan peluang untuk beralih saat seluruh jalur karir terganggu atau bahkan hilang sama sekali.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
9 Suka
Hadiah
9
5
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
0xTherapist
· 20jam yang lalu
Gila, tingkat pengangguran 25%? Mahasiswa sekarang bakal harus bersaing lebih keras lagi.
AI benar-benar mempercepat hilangnya pekerjaan, saya cuma mau tanya para politisi itu sebenarnya lagi nunggu apa sih?
Beralih profesi atau belajar skill baru memang mudah diucapkan, tapi berapa banyak orang yang benar-benar bisa mengikuti ritme ini...
Daripada nunggu pekerjaan baru muncul, mending buru-buru upskill, soalnya rebahan doang jelas nggak bakal berhasil.
Beberapa tahun terakhir ini lulusan baru memang kasihan, timing masuk ke dunia kerja benar-benar nggak masuk akal.
Lihat AsliBalas0
TokenVelocityTrauma
· 20jam yang lalu
25% tingkat pengangguran? Bro, angka ini beneran atau nggak, rasanya para anggota dewan cuma bikin panik lagi deh.
Lihat AsliBalas0
OnlyUpOnly
· 20jam yang lalu
Nggak akan bohong, sekarang mahasiswa benar-benar harus berjuang keras, tingkat pengangguran 25%? Ya ampun... Gelombang AI ini langsung memangkas semua pekerjaan level entry.
Lihat AsliBalas0
SatoshiLeftOnRead
· 20jam yang lalu
Sejujurnya, tingkat pengangguran 25% sama sekali tidak menakutiku, itu semua cuma trik para politisi, dulu ke mana saja mereka.
Lihat AsliBalas0
TestnetScholar
· 20jam yang lalu
25% tingkat pengangguran? Angka ini serem banget, bro, mahasiswa belum lulus udah kena warning bakal nganggur.
Tunggu dulu, bukankah ini berarti apa yang kita pelajari sekarang bisa jadi udah ketinggalan zaman pas lulus nanti?
AI beneran datang buat ngerebut pekerjaan, bahkan pekerjaan kreatif pun mulai ketinggalan.
Daripada nunggu kebijakan, mending upgrade skill sendiri, soalnya kalau cuma pasrah malah makin parah.
Ngomong-ngomong, kenapa selalu anak muda yang dijadiin kambing hitam sih, ini nggak adil.
Seorang anggota parlemen senior AS memperingatkan tentang risiko kecerdasan buatan (AI) yang menghilangkan lapangan kerja lebih cepat daripada kemampuan kita untuk beradaptasi. Menurut proyeksi yang dikutip oleh senator tersebut, lulusan perguruan tinggi baru bisa menghadapi tingkat pengangguran yang meningkat hingga 25% dalam beberapa tahun mendatang jika para pembuat kebijakan lambat dalam menangani risiko pemutusan kerja akibat AI.
Peringatan ini menyoroti kekhawatiran yang berkembang bahwa otomatisasi dan alat pembelajaran mesin sedang membentuk ulang pasar tenaga kerja dengan sangat cepat. Pekerja muda yang baru memasuki pasar kerja mungkin akan mendapati posisi level awal menghilang sebelum mereka sempat memulai karir. Industri mulai dari keuangan hingga layanan kreatif sudah mulai merasakan tekanannya saat sistem AI mengambil alih tugas-tugas yang sebelumnya dikerjakan manusia.
Yang membuat prediksi ini semakin mengkhawatirkan adalah rentang waktunya. Ini bukan tentang skenario masa depan yang masih jauh—semua ini bisa terjadi dalam beberapa tahun ke depan kecuali tindakan serius diambil sekarang. Tantangannya bukan sekadar menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga memastikan orang memiliki keterampilan dan peluang untuk beralih saat seluruh jalur karir terganggu atau bahkan hilang sama sekali.