Mata uang nasional Iran baru saja mencapai rekor terendah lagi, dan penyebabnya cukup jelas: sanksi nuklir yang semakin intens mencekik sisa-sisa perekonomian negara yang sudah kesulitan. Ketika sebuah mata uang anjlok sedalam ini, masalahnya bukan lagi sekadar inflasi—ini adalah krisis kepercayaan yang sepenuhnya. Daya beli lokal menguap, impor menjadi tidak terjangkau, dan warga bergegas mencari alternatif.
Kehancuran fiat seperti ini secara historis mendorong masyarakat beralih ke aset terdesentralisasi sebagai lindung nilai. Entah itu emas, dolar, atau kripto, apa pun yang tidak dikontrol oleh otoritas pusat yang sedang runtuh tiba-tiba menjadi menarik. Pola ini sudah pernah terjadi di Venezuela, Turki, dan Lebanon. Ketika keuangan tradisional gagal, alternatif muncul bukan sebagai spekulasi, melainkan alat bertahan hidup.
Dimensi geopolitik juga penting. Sanksi tidak hanya merusak ekonomi—mereka mengubah cara orang berinteraksi dengan uang itu sendiri. Terputus dari SWIFT dan perbankan global, negara-negara yang terkena sanksi menjadi ladang uji coba untuk jalur pembayaran alternatif. Di sinilah jaringan peer-to-peer dan protokol tanpa batas mulai masuk akal di dunia nyata, bukan sekadar secara teori.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
7 Suka
Hadiah
7
5
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
GasFeeCrybaby
· 22jam yang lalu
Hmm... Iran ambruk lagi, setiap kali melihat situasi seperti ini saya jadi berpikir, mata uang fiat memang rapuh sekali. Begitu ada sanksi, seluruh sistem ekonomi langsung seperti terbuat dari kertas.
Lihat AsliBalas0
SelfCustodyBro
· 22jam yang lalu
Lagi-lagi begini? Iran kali ini benar-benar sial, tapi sejujurnya memang sudah dipaksa sampai ke titik ini... Dunia kripto sudah lama menunggu momen seperti ini.
Ngomong-ngomong soal Venezuela, kita semua sudah lihat sendiri, kalau mata uang fiat anjlok memang sudah tidak ada harapan, tetap harus mengandalkan crypto untuk menyelamatkan diri.
Kalau kena blokir SWIFT ya harus pakai P2P, tidak ada cara lain, inilah jalan masa depan.
Lihat AsliBalas0
GasFeeBarbecue
· 22jam yang lalu
Iran kembali dicekik, sepertinya harus mengandalkan crypto untuk bertahan hidup...
Inilah versi nyata dari runtuhnya mata uang fiat, yuan di Venezuela juga pernah mengalami hal yang sama
Serius, saat tidak ada pilihan siapa pun pasti mencari jalan keluar, emas atau btc, terserah saja
Begitu SWIFT diblokir, langsung terasa pentingnya p2p, seharusnya sudah lama sadar dengan sistem ini
Semakin banyak sanksi justru semakin membuktikan nilai eksistensi crypto, ironis ya
Lihat AsliBalas0
NeverPresent
· 22jam yang lalu
Ini lagi-lagi skenario lama soal mata uang fiat ambruk, cepat atau lambat kita harus hidup di atas blockchain.
Lihat AsliBalas0
MetaMaximalist
· 23jam yang lalu
Jujur saja, ini persis seperti kurva adopsi yang kami prediksi lima tahun lalu. Ekonomi yang terkena sanksi tidak memilih kripto karena ideologi—mereka hanya... terpaksa menggunakannya. Bertahan hidup vs spekulasi, dan orang-orang masih belum memahami perbedaannya. Venezuela seharusnya menjadi peringatan bagi semua orang yang masih memegang erat fiat mereka.
Mata uang nasional Iran baru saja mencapai rekor terendah lagi, dan penyebabnya cukup jelas: sanksi nuklir yang semakin intens mencekik sisa-sisa perekonomian negara yang sudah kesulitan. Ketika sebuah mata uang anjlok sedalam ini, masalahnya bukan lagi sekadar inflasi—ini adalah krisis kepercayaan yang sepenuhnya. Daya beli lokal menguap, impor menjadi tidak terjangkau, dan warga bergegas mencari alternatif.
Kehancuran fiat seperti ini secara historis mendorong masyarakat beralih ke aset terdesentralisasi sebagai lindung nilai. Entah itu emas, dolar, atau kripto, apa pun yang tidak dikontrol oleh otoritas pusat yang sedang runtuh tiba-tiba menjadi menarik. Pola ini sudah pernah terjadi di Venezuela, Turki, dan Lebanon. Ketika keuangan tradisional gagal, alternatif muncul bukan sebagai spekulasi, melainkan alat bertahan hidup.
Dimensi geopolitik juga penting. Sanksi tidak hanya merusak ekonomi—mereka mengubah cara orang berinteraksi dengan uang itu sendiri. Terputus dari SWIFT dan perbankan global, negara-negara yang terkena sanksi menjadi ladang uji coba untuk jalur pembayaran alternatif. Di sinilah jaringan peer-to-peer dan protokol tanpa batas mulai masuk akal di dunia nyata, bukan sekadar secara teori.