Baru-baru ini ada angka yang menarik perhatian banyak pemegang token. Data keuangan dari salah satu yayasan DEX terkemuka untuk tahun 2024 menunjukkan bahwa pengeluaran gaji tahunan mencapai 4,8 juta dolar AS, sementara dana yang dialokasikan selama periode yang sama hanya sebesar 10 juta dolar AS. Sekilas, rasio input-output ini memang cukup mencolok.

Jika melihat tim hibah dari salah satu yayasan ekosistem layer 2, situasinya benar-benar berbeda. Biaya tenaga kerja mereka adalah 2,6 juta dolar AS, tetapi mereka mengelola anggaran hibah sebesar 63,5 juta dolar AS. Dengan kata lain, dengan biaya tenaga kerja yang lebih sedikit, mereka justru mengelola dana yang jauh lebih besar.

Pertanyaan dari komunitas pun langsung: gaji eksekutif dari yang pertama setara dengan biaya seluruh tim hibah dari yang kedua, tetapi dana yang dialokasikan hanya seperlima dari milik mereka. Ini tentu memunculkan pertanyaan—apakah uang ini digunakan dengan efisien? Apakah efisiensi operasional yayasan ini perlu dipertimbangkan kembali?

Isu ini juga membuka diskusi yang lebih besar. Dalam pengelolaan DAO dan ekosistem di atas rantai, bagaimana seharusnya efisiensi dana diukur? Apakah ada ruang untuk mengoptimalkan hubungan antara tenaga kerja dan hasilnya? Pemegang token dan peserta tata kelola mulai meninjau kembali detail administratif ini, yang sebenarnya mencerminkan kekhawatiran nyata terhadap kesehatan ekosistem.